Selasa, 28 Februari 2017

Stratigrafi Ketapang Kalbar

Stratigrafi
Secara regional di daerah penyelidikan termasuk dalam Peta Geologi Bersistem Lembar
Ketapang – 1411, di mana formasi batuan penyusun dari muda ke tua adalah sebagai berikut ( E.Rustandi (GRDC) & F. De Keyser (AGSO), 1993):
1. Endapan Aluvium (Qa)
Merupakan endapan permukaan Kuarter yang terdiri dari kerikil, pasir, lanau, kadang­kadang gambut. Bersifat lepas. Umumnya mengisi daerah pantai dan daerah aliran sungai besar.
2.    Rombakan Lereng, Talus (Qs),
Berupa rombakan kerakal dan bongkah batuan yang kasar, berumur Kuarter, menjemari dengan alluvium dan endapan rawa.
3. Basal Bunga (Kubu)
Terdiri dari batuan basal berwarna hitam sampai kelabu tua dan pejal, selain itu terdapat dasit, andesit kelabu kehijauan, lava, tufa litik-kristal dan breksi gunungapi dimana pada alasnya terdapat batupasir sedang sampai halus, diperkirakan berumur Kapur Akhir – Paleosen. Batuan ini tidak selaras diatas Komplek Ketapang, Batuan Gunungapi Kerabai dan Granit Sukadana serta menindih Granit Sangiyang.

4. Formasi Granit Sangiyang (Kusa) 
Merupakan batuan beku pluton berkomposisi granitik alkali-feldspar leukokratik. Batuan ini mengerobos formasi Granit Sukadana (Kus), Batuan Gunung Api Kerabai (Kuk) dan mungkin juga menerobos Basal Bunga (Kubu).


5. Formasi Granit Sukadana (Kus)
Merupakan batuan pluton; banyak mempunyai banyak jenis/tingkatan: Monzonit Kuarsa, Monzogranit, Syenogranit dan Granit Alkali-Feldspar, sedikit Syenit kuarsa, Monzodiorit Kuarsa dan Diorit kuarsa dan syenogranit, langka diorit dan gabro, beberapa mengandung olivin retas dan urat aplit tingkat akhir bersifat lokal; Macam-macam tingkatan kuarsa feldspar alkali (umumnya pertit atau mikropertit) plagioklas (biasanya berlajur) biotit, hornblenda, klinopiroksen, ortopiroksen, dan hasil ubahannya yang umum berupa granit alkali-felspar mengandung ribekit dan atau arsvendosit; K-felspar setempat-setempat terkaolinisasikan, terutama syenit kuarsa, dan granit alkali felspar. 
Metasomatis potas tingkat lanjut diperlihatkan oleh munculnya K-felsfar dari dua generasi dalam beberapa batuan (satu yang terkaolinisasi lebih tua, dan yang muda yang lebih segar yang setempat-setempat mengandung mineral mafik dan mineral-mineral lainnya); Mineral mafik umumnya dalam gumpalan, dan jelas adanya macam-macam kandungan mineral dalam satu singkapan memberikan dugaan bahwa satuan ini berasal dari pencampuran susunan magma.  
Formasi ini menerobos dan secara termal mengubah Malihan Pinoh dan Komplek Ketapang; dianggap menerobos Granit Belaban; menerobos dan menindih batuan Gunungapi Kerabai, dengan mana kelihatannya berkerabat; diterobos oleh granit Sangiyang dan oleh retas–retas dan sill–sill mafik sampai felsik, ditindih oleh Basal Bunga. Formasi ini terbentuk pada Kapur Akhir. Batuan terobosan metalumina yang mengandung cukup soda dengan sedikit kandungan paralumina dan jarang perakalin. Batuan Terobosan setelah penunjaman. Jenis 1 kemungkian terjadi akibat leburan sumber batuan beku basa yang terpecah di bagian bawah kerak. Penyebarannya meliputi perbukitan dan rangkaian perbukitan di seluruh wilayah lembar peta termaksuk kepulauan-kepulauan di sekitarnya. 

6. Formasi Gunungapi Kerabai (Kuk)
Tersusun dari batuan piroklastik (abu, lapili, kristal, tufa kristal dan litik, breksi gunung api dan aglomerat) umumnya berkomposisi Basaltik dan Andesitik; mengandung mineral dolerit, trakhiandesit, krotofir kuarsa; Beberapa berkomposisi dasitik, riodasitik dan riolitik umumnya terdapat setempat-setempat; Terdapat terobosan dan lava porfiritik, umumnya pecah-pecah, terubah secara hidrotermal dan terpotong oleh urat-urat klorit - epidot.  Susunan piroklastik tufa berwarna fresh hijau sampai kelabu, di mana umumnya dalam keadaan lapuk memberikan bermacam-macam warna yaitu coklat, merah dan kuning, terdapat mineral-mineral pofiroklas dari felspar yang tersausuritisasi, hornblenda, augit, sedikit kuarsa, hipersten dan biotit, sedikit olivin, fragmen batuan daripada batuan gunung api berbutir halus.  Formasi ini diendapkan secara tidak selaras di atas dan setempat-setempat berjemari dengan Komplek Ketapang; tidak selaras dengan Formasi Granit Laur, diterobos dan menindih Formasi Granit Sukadana yang terlihat berkerabat; diterobos Granit Sangiyang; ditindih oleh Basal Bunga. Sebagian sama dengan Basal Bunga. Terbentuk oleh proses gunungapi subaerial yang berumur Kapur akhir-Paleosen; Ketebalan Tidak diketahui; Penyebarannya meliputi seluruh bagian dataran lembar peta membentuk dataran rendah diselatan tetapi naik sampai >1000 mdpl di bagian utara. (Pieters & Sanyoto,1987; termasuk Komplek Mantan dari de Kenser & Rustandi,1989).
7. Komplek Ketapang (JKke)
Tersusun dari Batuan pesamit dan terlapis secara pelitik, terlapis sedang sampai tipis, terubah secara beraneka ragam oleh malihan termal dan ubahan hidrotermal: batulempung, batupasir halus-kasar dan lepungan yang serisitan (setempat-setempat lanauan dan bersilang siur), arenit litik (Beberapa tufaan atau mengandung pecahan batuan gunung api hasil ‘rework’). Serpih (setempat-setempat pasiran), dan batusabak; Kadang-kadang gampingan membentuk batuan kalk-silikat. Batuan terangkat dan terlipat, umumnya dengan kemiringan antara 30 derajat sampai tegak. Terdapat fosil Mikroflora Lanjut Caytonipollenites (Muller,1968; Albian Akhir-Cenomanian), dan satu conto terlihat kaya akan sepon litistid yang mungkin berumur Jura. Satuan ini terbentuk secara tidak selaras di atas Malihan Pinoh tetapi tak terlihat kontaknya;  Tidak selaras dan setempat-setempat berjemari dengan batuan Gunugapi Kerabai; Tidak selaras di bawah Basal Bunga; Diterobos oleh Granit Sukadana dan Granit Sangiyang; kontak dengan Granit Belaban tidak terlihat. Mungkin dapat disebandingkan dengan batupasir Kempari di Ngataman. Berumur Jura- Kapur Akhir. Ketebalan tidak diketahui; Penyebarannya meliputi wilayah tanah rendah yang secara topografi tidak jelas bentuknya, tersebar di banyak wilayah lembar peta, termasuk Pulau Cempedak, (van Bemmelen,1939; de Keyser & Rustandi,1989).  

8. Batuan Malihan Pinoh (PzTRp)
Terdiri batuan kuarsit berwarna kelabu tua, terhablur ulang mengandung anortit, kaya turmalin, genes klinopiroksin-hornblende, mengandung klinozoisit dan skapolit, dan batuan migmatik; sekis mika dan kuarsit mika dengan biotit porfiroblastik, andalusit, garnet, muskovit sekunder dan turmalin local; sekis andalusit-mika. Batuan ini diperkirakan berumur Paleozoik (?) – Trias (?), berada tidak selaras dibawah Komplek Ketapang, diterobos dan termalihkan secara termal oleh Granit Sukadana

Tipe Mineralisasi, Tipe Alterasi Bijih Besi

Tipe Mineralisasi, Tipe Alterasi, Dan Tipe Endapan Iron Ore
Diyakini bahwa secara umum magma merupakan sumber dari pembentukan batuan-­batuan dan konsentrasi mineral-mineral di kerak bumi. Dalam proses pembekuan magma menjadi igneous rock, magma mengalami differensiasi menjadi mineral-mineral tertentu termasuk metalik mineral. Dalam prosesnya batuan yang membeku ini akan menimbulkan pertambahan panas dan tekanan pada batuan yang telah ada sebelumnya dan akan mempengaruhi bentuk batuan tersebut (metamorphism) membentuk batuan metamorf (metamorphic rock), di mana jika terjadi migmatisasi akan membentuk migmatite (atau mixed rock).
Dalam proses ubahan ini, ukuran seperti panas, tekanan dan luas penyebaran seringkali dijadikan dasar klasifikasi proses metamorfisme. Ukuran yang besar dalam hal panas dan luas penyebaran seringkali diklasifikasikan sebagai proses metamorfisme regional (regional metamorphism). Pada umumnya proses ini akan mengubah batuan sekitar menjadi ­bentuk batuan sekis (mica, schist), sedangkan ukuran yang lebih kecil hanya akan mempengaruhi batuan sekitar dalam radius yang tidak luas juga panas yang tidak terlalu besar seringkali diklasifikasikan sebagai metamorfisme kontak (contact metamorphism). Jika ada air tanah (yang terpanaskan oleh proses magmatik) yang terlibat dalam proses pembekuan igneous rock ini, prosesnya dinamakan dengan hydrothermal. Zona kontak akan mengubah batuan host menjadi batuan alterasi yaitu batuan ubahan sekitar yang seringkali dihubungkan dengan adanya proses hydrothermal.
Proses pelapukan berupa disintegrasi fisik maupun dekomposisi kimia, dilanjutkan dengan proses transportasi dan deposisi di wilayah-wilayah cekungan akan menjadikan batuan beku ataupun batuan metamorf yang terbentuk sebelumnya, berubah menjadi sedimen, di mana jika sedimen ini terkompaksi akan menjadi batuan sedimen.
Dalam hubungannya dengan konsentrasi iron ore, sedimentasi berupa soil in-situ maupun transported hasil lapukan ini biasanya berhubungan dengan terbentuknya tanah laterite. Laterite adalah material permukaan yang mengalami pengerasan (hardened) atau kompaksi secara kimiawi di mana pada umumnya terjadi di lingkungan tropikal. 
Laterite biasanya diklasifikasikan menjadi: (1) ferricrete, (2) latosol, (3) conakryte, dan (4) bauksite. Dalam Ferricrete biasanya hematite berasosiasi dengan kaolinite, membentuk mottle, nodul dan metanodul. Sementara di bagian atas dari profil biasanya ditemukan goethite, dan kadang-kadang pada zona ini gibbsite berkembang menggantikan hematite dan kaolinite, protopisolotik dan pisolotik. Dalam ferricrete hematite dan kaolinite biasanya membentuk konkresi, tersebar secara luas dan seringkali merupakan akumulasi bijih besi yang bernilai. Latosol adalah soft lateritic. Biasanya ditutupi oleh struktur mikroglaebular. Seperti ferricrete, khususnya latosol merah biasanya menunjukkan adanya asosiasi dengan hematite dan kaolinite juga, tetapi proporsi goethite dan gibbsite lebih besar. Conakryte merupakan konsentrasi besi biasanya berhubungan dengan lateritik bauksit di mana conakryte biasanya berlokasi di bagian atas dari profil bauksit. Dalam conakryte non-nodular ferrite atau ferralite didominasi oleh komposisi hematite (besi oksida) dan goethite (besi oksida-hidroksida). Sedangkan Lateritik bauksit adalah konsentrasi aluminium di mana besi juga sering berasosiasi.
Air tanah (dalam suhu iklim tropikal) berperan penting dalam pembentukan Fe-rich atau Al-rich laterite. Iron ore dalam laterite seringkali berbentuk oksida besi (hematite).
Singkapan Iron ore di wilayah penyelidikan memperlihatkan bahwa ada beberapa kemungkinan genesa yaitu:
1)   Batuan iron ore primer mungkin terjadi melalui proses konsentrasi magmatik, khususnya pada singkapan-singkapan magnetite yang didapati bersama-sama dengan batuan beku granitik.
2)   Batuan iron ore mungkin terjadi melalui proses metamorfisme regional, khususnya pada singkapan-singkapan yang memperlihatkan adanya batuan sekis yang teramati dalam sample magnetite. 
3) Batuan iron ore primer mungkin terjadi melalui proses hydrothermal, khususnya pada singkapan singkapan yang memperlihatkan asosiasi iron ore dengan batuan alterasi. Pada umumnya batuan alterasi jenis ini akan menghasilkan mineral-mineral metalik lain seperti pyrite (Besi sulfida), chalcopyrite (Besi-Tembaga Sulphida), Emas, dll; juga batuan chert merah di antara iron ore;
4) Proses pelapukan dan sedimentasi akan membongkar batuan iron  ore primer menjadi bongkah-bongkah iron ore yang diendapkan kembali dalam bentuk lateritik atau dalam
bentuk konsentrasi oksida besi (hematite – Fe2O3).
5) Tipe Oksidasi Residual yang terbentuk sebagai pelapukan/residual dari batuan Vulkanik yang digantikan atau replacement oleh mineral besi selama proses pelapukan. Pada proses pelapukan terjadi fluktuasi permukaan air tanah naik, pada waktu itu garam-garam besi yang larut kedalam air tanah diubah menjadi fero hidroksida. Pada waktu musim kemarau terjadi penurunan air tanah, pada saat itu besi ferihidroksida tertinggal di permukaan, kemudian bereaksi dengan oksigen dari udara dan air permukaan, pada waktu tersebut fero hidroksida diubah menjadi feri hidroksida yang lebih stabil yaitu limonit, yang umumnya berwarna coklat kekuningan dan mengendap dipermukaan Reaksinya Kimia :
       Fe++ + 2OH-  ---- Fe(OH)2  Besi Ferohidroksida
     4Fe(OH)2 + 2H2O + O2   ---- = 4 Fe OH3   Limonit (Besi Feri hidroksida)
Singkapan permukaan batuan iron ore di Blok S memperlihatkan bahwa konsentrasi iron-ore di wilayah ini tidak terbentuk secara primer. Bongkah-bongkah iron ore (berukuran hingga 10 meter) yang bercampur dengan bongkah-bongkah batuan beku granitik (berukuran hingga 3 meter) dalam masa dasar tanah lateritik yang mengandung cukup hematite dan kaolinite menunjukkan bahwa pembentukan Blok Sejambuan telah dipengaruhi oleh proses sedimentasi (residual?).
Di permukaan, Tipe S mempunyai Fe dari jenis magnetite (Fe3O4), massive, berwarna abu-abu hitam, kilap logam, feromagnetik kuat, dijumpai mineral mika (muskovit), kuarsa susu, dan oksida besi (recent-time weathering). Ini mungkin berhubungan dengan keterlibatan proses regional metamorphism pada waktu pembentukan Granit Sukadana (Kus) yang mengubah batuan volkanik (yaitu tufa dan lava dari Kerabai Vokanik [Kuk]) yang telah ada sebelumnya.
Agak berbeda adalah singkapan permukaan iron ore di wilayah Blok Bebatuan, di mana iron ore di wilayah ini ditemukan dalam bentuk bongkah-bongkah (berukuran hingga 5 meter) di antara tanah hasil lapukan batuan alterasi hydrothermal (umumnya ditemukan berwarna kuning pucat) di mana umumnya lahan di wilayah sekitar Blok Bebatuan juga merupakan lahan untuk bahan galian lain seperti emas. Ini menimbulkan kesimpulan bahwa iron ore primer di wilayah ini juga telah mengalami proses pembongkaran dan pengendapan kembali bersama-sama dengan lapukan tanah hasil alterasi hydrothermal bercampur dengan tanah lateritik membentuk konsentrasi iron ore.
Di permukaan, Tipe Bebatuan mempunyai Fe dari jenis magnetite (Fe3O4), kadang­kadang massive, berwarna abu-abu hitam, kilap logam, feromagnetik medium, pengamatan pada beberapa singkapan memperlihatkan adanya rongga-rongga berukuran hingga berukuran 10 cm, terdapat mineral-mineral kuarsa mengisi rekah-rekah, cherty, dan dijumpai juga oksida mangan.
Kedua jenis singkapan di atas kelihatannya adalah tipikal yang juga ditemukan di Blok-Blok Prospek lain di wilayah S. Sejenis dengan Tipe S adalah Bongkah Iron ore di Blok D, Blok T, Blok L, L, L E, S, S, P dan S B
Sedangkan Tipe B ditemukan di Blok K, Blok R K, Blok Batu K, Blok C dan Sj.
Secara umum iron ore di wilayah yang diselidiki berhubungan dengan tanah lateritik dan tanah lapukan batuan alterasi hydrothermal, di mana iron-ore ditemukan tersebar dalam bentuk bongkah-bongkah berukuran kerikil (berukuran sekitar 3 cm) hingga boulder (berukuran hingga 10 meter). Tersebar secara kurang beraturan kecuali yang tersingkap di Blok B, di mana di blok ini kerikil iron ore tersebar dalam bentuk band bersifat loose tersingkap setebal kira-kira kurang dari 1 meter sepanjang kira-kira 50 meter. Penyebaran yang diduga kurang beraturan ini akan mempengaruhi kemenerusan penyebaran iron ore secara lateral maupun vertikal. Hal ini akhirnya akan mempengaruhi penetapan radius pengaruh penyebaran iron ore untuk setiap titik pengukuran di mana radius pengaruhnya mungkin akan bernilai kecil. Teknik geostatistik yang melibatkan sample-sample pemboran akan memastikan hal tersebut. 

Tipe Bijih Besi Primer dan Laterit