Tipe Mineralisasi, Tipe Alterasi, Dan Tipe Endapan Iron
Ore
Diyakini bahwa secara umum magma merupakan sumber dari
pembentukan batuan-batuan dan konsentrasi mineral-mineral di kerak bumi. Dalam
proses pembekuan magma menjadi igneous rock, magma mengalami
differensiasi menjadi mineral-mineral tertentu termasuk metalik mineral. Dalam
prosesnya batuan yang membeku ini akan menimbulkan pertambahan panas dan
tekanan pada batuan yang telah ada sebelumnya dan akan mempengaruhi bentuk
batuan tersebut (metamorphism) membentuk batuan metamorf (metamorphic
rock), di mana jika terjadi migmatisasi akan membentuk migmatite
(atau mixed rock).
Dalam proses ubahan ini, ukuran seperti panas, tekanan
dan luas penyebaran seringkali dijadikan dasar klasifikasi proses metamorfisme.
Ukuran yang besar dalam hal panas dan luas penyebaran seringkali
diklasifikasikan sebagai proses metamorfisme regional (regional metamorphism).
Pada umumnya proses ini akan mengubah batuan sekitar menjadi bentuk batuan
sekis (mica, schist), sedangkan ukuran yang lebih kecil hanya akan
mempengaruhi batuan sekitar dalam radius yang tidak luas juga panas yang tidak
terlalu besar seringkali diklasifikasikan sebagai metamorfisme kontak (contact
metamorphism). Jika ada air tanah (yang terpanaskan oleh proses magmatik)
yang terlibat dalam proses pembekuan igneous rock ini, prosesnya
dinamakan dengan hydrothermal. Zona kontak akan mengubah batuan host
menjadi batuan alterasi yaitu batuan ubahan sekitar yang seringkali dihubungkan
dengan adanya proses hydrothermal.
Proses pelapukan berupa disintegrasi fisik maupun
dekomposisi kimia, dilanjutkan dengan proses transportasi dan deposisi di
wilayah-wilayah cekungan akan menjadikan batuan beku ataupun batuan metamorf
yang terbentuk sebelumnya, berubah menjadi sedimen, di mana jika sedimen ini
terkompaksi akan menjadi batuan sedimen.
Dalam hubungannya dengan konsentrasi iron ore,
sedimentasi berupa soil in-situ maupun transported hasil lapukan
ini biasanya berhubungan dengan terbentuknya tanah laterite. Laterite adalah
material permukaan yang mengalami pengerasan (hardened) atau kompaksi
secara kimiawi di mana pada umumnya terjadi di lingkungan tropikal.
Laterite
biasanya diklasifikasikan menjadi: (1) ferricrete, (2) latosol, (3) conakryte,
dan (4) bauksite. Dalam Ferricrete biasanya hematite berasosiasi dengan
kaolinite, membentuk mottle, nodul dan metanodul. Sementara di bagian
atas dari profil biasanya ditemukan goethite, dan kadang-kadang pada zona ini
gibbsite berkembang menggantikan hematite dan kaolinite, protopisolotik dan
pisolotik. Dalam ferricrete hematite dan kaolinite biasanya membentuk konkresi,
tersebar secara luas dan seringkali merupakan akumulasi bijih besi yang
bernilai. Latosol adalah soft lateritic. Biasanya ditutupi oleh struktur
mikroglaebular. Seperti ferricrete, khususnya latosol merah biasanya
menunjukkan adanya asosiasi dengan hematite dan kaolinite juga, tetapi proporsi
goethite dan gibbsite lebih besar. Conakryte merupakan konsentrasi besi
biasanya berhubungan dengan lateritik bauksit di mana conakryte biasanya
berlokasi di bagian atas dari profil bauksit. Dalam conakryte non-nodular
ferrite atau ferralite didominasi oleh komposisi hematite (besi oksida) dan
goethite (besi oksida-hidroksida). Sedangkan Lateritik bauksit adalah
konsentrasi aluminium di mana besi juga sering berasosiasi.
Air tanah (dalam suhu iklim tropikal) berperan penting
dalam pembentukan Fe-rich atau Al-rich laterite. Iron ore dalam laterite
seringkali berbentuk oksida besi (hematite).
Singkapan Iron ore di wilayah penyelidikan memperlihatkan
bahwa ada beberapa kemungkinan genesa yaitu:
1) Batuan iron ore
primer mungkin terjadi melalui proses konsentrasi magmatik, khususnya pada
singkapan-singkapan magnetite yang didapati bersama-sama dengan batuan beku
granitik.
2) Batuan iron ore
mungkin terjadi melalui proses metamorfisme regional, khususnya pada singkapan-singkapan
yang memperlihatkan adanya batuan sekis yang teramati dalam sample
magnetite.
3) Batuan iron ore primer mungkin terjadi melalui proses
hydrothermal, khususnya pada singkapan singkapan yang memperlihatkan asosiasi
iron ore dengan batuan alterasi. Pada umumnya batuan alterasi jenis ini akan
menghasilkan mineral-mineral metalik lain seperti pyrite (Besi sulfida), chalcopyrite
(Besi-Tembaga Sulphida), Emas, dll; juga batuan chert merah di antara iron ore;
4) Proses pelapukan dan sedimentasi akan membongkar
batuan iron ore primer menjadi
bongkah-bongkah iron ore yang diendapkan kembali dalam bentuk lateritik atau
dalam
bentuk konsentrasi oksida besi (hematite – Fe2O3).
5) Tipe Oksidasi Residual yang terbentuk sebagai
pelapukan/residual dari batuan Vulkanik yang digantikan atau replacement oleh
mineral besi selama proses pelapukan. Pada proses pelapukan terjadi fluktuasi
permukaan air tanah naik, pada waktu itu garam-garam besi yang larut kedalam
air tanah diubah menjadi fero hidroksida. Pada waktu musim kemarau terjadi
penurunan air tanah, pada saat itu besi ferihidroksida tertinggal di permukaan,
kemudian bereaksi dengan oksigen dari udara dan air permukaan, pada waktu
tersebut fero hidroksida diubah menjadi feri hidroksida yang lebih stabil yaitu
limonit, yang umumnya berwarna coklat kekuningan dan mengendap dipermukaan
Reaksinya Kimia :
Fe++
+ 2OH- ---- Fe(OH)2 Besi Ferohidroksida
4Fe(OH)2 + 2H2O
+ O2 ---- = 4 Fe OH3 Limonit (Besi Feri hidroksida)
Singkapan permukaan batuan iron ore di Blok S
memperlihatkan bahwa konsentrasi iron-ore di wilayah ini tidak terbentuk secara
primer. Bongkah-bongkah iron ore (berukuran hingga 10 meter) yang bercampur
dengan bongkah-bongkah batuan beku granitik (berukuran hingga 3 meter) dalam
masa dasar tanah lateritik yang mengandung cukup hematite dan kaolinite
menunjukkan bahwa pembentukan Blok Sejambuan telah dipengaruhi oleh proses
sedimentasi (residual?).
Di permukaan, Tipe S mempunyai Fe dari jenis
magnetite (Fe3O4), massive, berwarna abu-abu hitam, kilap logam, feromagnetik
kuat, dijumpai mineral mika (muskovit), kuarsa susu, dan oksida besi (recent-time
weathering). Ini mungkin berhubungan dengan keterlibatan proses regional
metamorphism pada waktu pembentukan Granit Sukadana (Kus) yang mengubah
batuan volkanik (yaitu tufa dan lava dari Kerabai Vokanik [Kuk]) yang telah ada
sebelumnya.
Agak berbeda adalah singkapan permukaan iron ore di
wilayah Blok Bebatuan, di mana iron ore di wilayah ini ditemukan dalam bentuk
bongkah-bongkah (berukuran hingga 5 meter) di antara tanah hasil lapukan batuan
alterasi hydrothermal (umumnya ditemukan berwarna kuning pucat) di mana umumnya
lahan di wilayah sekitar Blok Bebatuan juga merupakan lahan untuk bahan galian
lain seperti emas. Ini menimbulkan kesimpulan bahwa iron ore primer di wilayah
ini juga telah mengalami proses pembongkaran dan pengendapan kembali
bersama-sama dengan lapukan tanah hasil alterasi hydrothermal bercampur dengan
tanah lateritik membentuk konsentrasi iron ore.
Di permukaan, Tipe Bebatuan mempunyai Fe dari jenis
magnetite (Fe3O4), kadangkadang massive, berwarna abu-abu hitam, kilap logam,
feromagnetik medium, pengamatan pada beberapa singkapan memperlihatkan adanya
rongga-rongga berukuran hingga berukuran 10 cm, terdapat mineral-mineral kuarsa
mengisi rekah-rekah, cherty, dan dijumpai juga oksida mangan.
Kedua
jenis singkapan di atas kelihatannya adalah tipikal yang juga ditemukan di
Blok-Blok Prospek lain di wilayah S. Sejenis dengan Tipe S
adalah Bongkah Iron ore di Blok D, Blok T, Blok L, L,
L E, S, S, P dan S B
Sedangkan Tipe B ditemukan di Blok K, Blok
R K, Blok Batu K, Blok C dan Sj.
Secara
umum iron ore di wilayah yang diselidiki berhubungan dengan tanah lateritik dan
tanah lapukan batuan alterasi hydrothermal, di mana iron-ore ditemukan tersebar
dalam bentuk bongkah-bongkah berukuran kerikil (berukuran sekitar 3 cm) hingga
boulder (berukuran hingga 10 meter). Tersebar secara kurang beraturan kecuali
yang tersingkap di Blok B, di mana di blok ini kerikil iron ore tersebar
dalam bentuk band bersifat loose tersingkap setebal kira-kira
kurang dari 1 meter sepanjang kira-kira 50 meter. Penyebaran yang diduga kurang
beraturan ini akan mempengaruhi kemenerusan penyebaran iron ore secara lateral
maupun vertikal. Hal ini akhirnya akan mempengaruhi penetapan radius pengaruh
penyebaran iron ore untuk setiap titik pengukuran di mana radius pengaruhnya
mungkin akan bernilai kecil. Teknik geostatistik yang melibatkan sample-sample
pemboran akan memastikan hal tersebut.
Tipe Bijih Besi Primer dan Laterit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar