Selasa, 28 Februari 2017

Tipe Mineralisasi, Tipe Alterasi Bijih Besi

Tipe Mineralisasi, Tipe Alterasi, Dan Tipe Endapan Iron Ore
Diyakini bahwa secara umum magma merupakan sumber dari pembentukan batuan-­batuan dan konsentrasi mineral-mineral di kerak bumi. Dalam proses pembekuan magma menjadi igneous rock, magma mengalami differensiasi menjadi mineral-mineral tertentu termasuk metalik mineral. Dalam prosesnya batuan yang membeku ini akan menimbulkan pertambahan panas dan tekanan pada batuan yang telah ada sebelumnya dan akan mempengaruhi bentuk batuan tersebut (metamorphism) membentuk batuan metamorf (metamorphic rock), di mana jika terjadi migmatisasi akan membentuk migmatite (atau mixed rock).
Dalam proses ubahan ini, ukuran seperti panas, tekanan dan luas penyebaran seringkali dijadikan dasar klasifikasi proses metamorfisme. Ukuran yang besar dalam hal panas dan luas penyebaran seringkali diklasifikasikan sebagai proses metamorfisme regional (regional metamorphism). Pada umumnya proses ini akan mengubah batuan sekitar menjadi ­bentuk batuan sekis (mica, schist), sedangkan ukuran yang lebih kecil hanya akan mempengaruhi batuan sekitar dalam radius yang tidak luas juga panas yang tidak terlalu besar seringkali diklasifikasikan sebagai metamorfisme kontak (contact metamorphism). Jika ada air tanah (yang terpanaskan oleh proses magmatik) yang terlibat dalam proses pembekuan igneous rock ini, prosesnya dinamakan dengan hydrothermal. Zona kontak akan mengubah batuan host menjadi batuan alterasi yaitu batuan ubahan sekitar yang seringkali dihubungkan dengan adanya proses hydrothermal.
Proses pelapukan berupa disintegrasi fisik maupun dekomposisi kimia, dilanjutkan dengan proses transportasi dan deposisi di wilayah-wilayah cekungan akan menjadikan batuan beku ataupun batuan metamorf yang terbentuk sebelumnya, berubah menjadi sedimen, di mana jika sedimen ini terkompaksi akan menjadi batuan sedimen.
Dalam hubungannya dengan konsentrasi iron ore, sedimentasi berupa soil in-situ maupun transported hasil lapukan ini biasanya berhubungan dengan terbentuknya tanah laterite. Laterite adalah material permukaan yang mengalami pengerasan (hardened) atau kompaksi secara kimiawi di mana pada umumnya terjadi di lingkungan tropikal. 
Laterite biasanya diklasifikasikan menjadi: (1) ferricrete, (2) latosol, (3) conakryte, dan (4) bauksite. Dalam Ferricrete biasanya hematite berasosiasi dengan kaolinite, membentuk mottle, nodul dan metanodul. Sementara di bagian atas dari profil biasanya ditemukan goethite, dan kadang-kadang pada zona ini gibbsite berkembang menggantikan hematite dan kaolinite, protopisolotik dan pisolotik. Dalam ferricrete hematite dan kaolinite biasanya membentuk konkresi, tersebar secara luas dan seringkali merupakan akumulasi bijih besi yang bernilai. Latosol adalah soft lateritic. Biasanya ditutupi oleh struktur mikroglaebular. Seperti ferricrete, khususnya latosol merah biasanya menunjukkan adanya asosiasi dengan hematite dan kaolinite juga, tetapi proporsi goethite dan gibbsite lebih besar. Conakryte merupakan konsentrasi besi biasanya berhubungan dengan lateritik bauksit di mana conakryte biasanya berlokasi di bagian atas dari profil bauksit. Dalam conakryte non-nodular ferrite atau ferralite didominasi oleh komposisi hematite (besi oksida) dan goethite (besi oksida-hidroksida). Sedangkan Lateritik bauksit adalah konsentrasi aluminium di mana besi juga sering berasosiasi.
Air tanah (dalam suhu iklim tropikal) berperan penting dalam pembentukan Fe-rich atau Al-rich laterite. Iron ore dalam laterite seringkali berbentuk oksida besi (hematite).
Singkapan Iron ore di wilayah penyelidikan memperlihatkan bahwa ada beberapa kemungkinan genesa yaitu:
1)   Batuan iron ore primer mungkin terjadi melalui proses konsentrasi magmatik, khususnya pada singkapan-singkapan magnetite yang didapati bersama-sama dengan batuan beku granitik.
2)   Batuan iron ore mungkin terjadi melalui proses metamorfisme regional, khususnya pada singkapan-singkapan yang memperlihatkan adanya batuan sekis yang teramati dalam sample magnetite. 
3) Batuan iron ore primer mungkin terjadi melalui proses hydrothermal, khususnya pada singkapan singkapan yang memperlihatkan asosiasi iron ore dengan batuan alterasi. Pada umumnya batuan alterasi jenis ini akan menghasilkan mineral-mineral metalik lain seperti pyrite (Besi sulfida), chalcopyrite (Besi-Tembaga Sulphida), Emas, dll; juga batuan chert merah di antara iron ore;
4) Proses pelapukan dan sedimentasi akan membongkar batuan iron  ore primer menjadi bongkah-bongkah iron ore yang diendapkan kembali dalam bentuk lateritik atau dalam
bentuk konsentrasi oksida besi (hematite – Fe2O3).
5) Tipe Oksidasi Residual yang terbentuk sebagai pelapukan/residual dari batuan Vulkanik yang digantikan atau replacement oleh mineral besi selama proses pelapukan. Pada proses pelapukan terjadi fluktuasi permukaan air tanah naik, pada waktu itu garam-garam besi yang larut kedalam air tanah diubah menjadi fero hidroksida. Pada waktu musim kemarau terjadi penurunan air tanah, pada saat itu besi ferihidroksida tertinggal di permukaan, kemudian bereaksi dengan oksigen dari udara dan air permukaan, pada waktu tersebut fero hidroksida diubah menjadi feri hidroksida yang lebih stabil yaitu limonit, yang umumnya berwarna coklat kekuningan dan mengendap dipermukaan Reaksinya Kimia :
       Fe++ + 2OH-  ---- Fe(OH)2  Besi Ferohidroksida
     4Fe(OH)2 + 2H2O + O2   ---- = 4 Fe OH3   Limonit (Besi Feri hidroksida)
Singkapan permukaan batuan iron ore di Blok S memperlihatkan bahwa konsentrasi iron-ore di wilayah ini tidak terbentuk secara primer. Bongkah-bongkah iron ore (berukuran hingga 10 meter) yang bercampur dengan bongkah-bongkah batuan beku granitik (berukuran hingga 3 meter) dalam masa dasar tanah lateritik yang mengandung cukup hematite dan kaolinite menunjukkan bahwa pembentukan Blok Sejambuan telah dipengaruhi oleh proses sedimentasi (residual?).
Di permukaan, Tipe S mempunyai Fe dari jenis magnetite (Fe3O4), massive, berwarna abu-abu hitam, kilap logam, feromagnetik kuat, dijumpai mineral mika (muskovit), kuarsa susu, dan oksida besi (recent-time weathering). Ini mungkin berhubungan dengan keterlibatan proses regional metamorphism pada waktu pembentukan Granit Sukadana (Kus) yang mengubah batuan volkanik (yaitu tufa dan lava dari Kerabai Vokanik [Kuk]) yang telah ada sebelumnya.
Agak berbeda adalah singkapan permukaan iron ore di wilayah Blok Bebatuan, di mana iron ore di wilayah ini ditemukan dalam bentuk bongkah-bongkah (berukuran hingga 5 meter) di antara tanah hasil lapukan batuan alterasi hydrothermal (umumnya ditemukan berwarna kuning pucat) di mana umumnya lahan di wilayah sekitar Blok Bebatuan juga merupakan lahan untuk bahan galian lain seperti emas. Ini menimbulkan kesimpulan bahwa iron ore primer di wilayah ini juga telah mengalami proses pembongkaran dan pengendapan kembali bersama-sama dengan lapukan tanah hasil alterasi hydrothermal bercampur dengan tanah lateritik membentuk konsentrasi iron ore.
Di permukaan, Tipe Bebatuan mempunyai Fe dari jenis magnetite (Fe3O4), kadang­kadang massive, berwarna abu-abu hitam, kilap logam, feromagnetik medium, pengamatan pada beberapa singkapan memperlihatkan adanya rongga-rongga berukuran hingga berukuran 10 cm, terdapat mineral-mineral kuarsa mengisi rekah-rekah, cherty, dan dijumpai juga oksida mangan.
Kedua jenis singkapan di atas kelihatannya adalah tipikal yang juga ditemukan di Blok-Blok Prospek lain di wilayah S. Sejenis dengan Tipe S adalah Bongkah Iron ore di Blok D, Blok T, Blok L, L, L E, S, S, P dan S B
Sedangkan Tipe B ditemukan di Blok K, Blok R K, Blok Batu K, Blok C dan Sj.
Secara umum iron ore di wilayah yang diselidiki berhubungan dengan tanah lateritik dan tanah lapukan batuan alterasi hydrothermal, di mana iron-ore ditemukan tersebar dalam bentuk bongkah-bongkah berukuran kerikil (berukuran sekitar 3 cm) hingga boulder (berukuran hingga 10 meter). Tersebar secara kurang beraturan kecuali yang tersingkap di Blok B, di mana di blok ini kerikil iron ore tersebar dalam bentuk band bersifat loose tersingkap setebal kira-kira kurang dari 1 meter sepanjang kira-kira 50 meter. Penyebaran yang diduga kurang beraturan ini akan mempengaruhi kemenerusan penyebaran iron ore secara lateral maupun vertikal. Hal ini akhirnya akan mempengaruhi penetapan radius pengaruh penyebaran iron ore untuk setiap titik pengukuran di mana radius pengaruhnya mungkin akan bernilai kecil. Teknik geostatistik yang melibatkan sample-sample pemboran akan memastikan hal tersebut. 

Tipe Bijih Besi Primer dan Laterit



Tidak ada komentar:

Posting Komentar