Jumat, 24 Februari 2017

Eksplorasi Nikel


                                                               EKSPLORASI NIKEL



1.  Teori

Batuan induk dari nikel adalah ultrabasa dengan rata-rata kandungan Ni 0,2 % yang terdapat pada kisi-kisi kristal olivin dan piroksen (“vinogradov”). Pada awal yang dialami batuan induk adalah proses ‘serpentinisasi’.  Serpentinisasi akibat pengaruh larutan hydrothermal pada akhir pembekuan magma telah mengubah batuan ultrabasa menjadi serpentinnit atau peridotit terserpentinkan. Batuan ini sangat mudah terpengaruh oleh pelapukan lateritik.

Air tanah yang banyak mengandung CO2 berasal dari udara dan tumbuh-tumbuhan akan menghancurkan olivin. Penguraian olivin, magnesium, besi, nikel dan silika ke dalam larutan cenderung untuk membentuk suspensi koloid dari partikel-partikel silika yang sub-mikroskopik. Di dalam larutan, besi akan besenyawa dengan oksida dan mengendap sebagai feri-hidroksida. Akhirnya endapan ini akan menghilangkan air dengan membentuk mineral-mineral seperti karat, yaitu goetit (FeO9OH), hematite (Fe2O3) dan kobalt dalam jumlah kecil. Jadi besi oksida mengendap dekat dengan permukaan tanah, sedang magnesium, nikel, silika tertinggal di dalam larutan selama larutan masih asam. Tetapi jika dinetralisasi karena adanya reaksi dengan batuan dan tanah, maka zat-zat tersebut akan cenderung mengendap sebagai hydrosilikat.

Beberapa proses reaksi kimia pada proses serpentinisasi terjadi sebagai berikut :

Larutan CO2 mengubah mineral olivin menjadi serpentin dan magnesit

2Mg2SiO4 + CO2 + 2H2O               H4Mg3Si2O9 + MgCO3

Proses hidrasi yang mengubah olivin dan piroksen menjadi serpentin

Mg2SiO4 + MgSiO3 + 2H2O               H4Mg3Si2O9

Unsur nikel tidak terdapat pada proses ini karena unsur nikel hanya sebagai impurities yang tidak mengalami reaksi. Unsur nikel hanya mengalami pemisahan dan pengumpulan akibat proses hydrothermal. Proses selanjutnya adalah laterisasi; akumulasi oksida besi dan alumina, sedangkan silika dan komponen lain mengalami leaching.

Pada pelapukan kimia, air merupakan pelarut supergen yang baik, akan menguraikan mineral yang tidak stabil (olivin, piroksen) pada batuan ultrabasa menghasilkan Fe, Mg, nikel yang larut dan silika.

Di dalam larutan, Fe teroksidasi dan mengendap sebagai ferrihidroksida membentuk geotit, limonit, hematite dekat permukaan. Nikel tidak semuanya larut, tetapi ada yang tertinggal sebagai residu.

Larutan yang mengandung Mg, Ni dan Si meresap ke bawah selama larutannya bersifat asam, hingga pada kondisi cukup netral. Akibat adanya reaksi tanah dengan batuan, maka ada kecenderungan untuk membentuk endapan hidrosilikat.

Nikel yang berkembang dalam rantai silikat/hidrosilikat dengan komposisi yang mungkin bervariasi tersebut akan mengendap pada celah/rekahan yang dikenal dengan urat garnierite dan chrysopras. Sedangkan larutan residunya akan membentuk senyawa menjadi saprolite yang berwarna coklat-kuning-kemerahan.

Berdasarkan kekerasan, dibedakan menjadi :
Ø  Soft saprolite (lunak)
Ø  Hard saprolite (keras)

Nikel mempunyai sifat kurang kelarutannya dibandingkan magnesium. Perbandingan antara nikel dengan magnesium di dalam endapan lebih besar daripada larutan, karena sedikit magnesium yang terbawa oleh air tanah. Kadang-kadang olivin di dalam tanah diubah menjadi serpentin sebelum tersingkap di permukaan. Serpentin terurai ke dalam komponen-komponennya bersama-sama bengan terurainya olivin.

Adanya erosi air tanah asam dan erosi di permukaan bumi akan mengubah mineral-mineral yang telah diendapkan. Zat tersebut dibawa ke tempat yang lebih dalam. Selanjutnya diendapkan, sehingga terjadi pengayaan pada bijih nikel. Kandungan nikel pada zat terendapkan akan semakin bertambah banyak, dan selama itu magnesium tersebar pada aliran tanah. Dalam hal ini proses pengayaan bersifat komulatif.

Proses pengayaan dimulai dari suatu batuan yang mengandung 0,20 % nikel, sehingga akan menghasilkan 1,05 % bijih nikel. Keadaan ini merupakan suatu kadar nikel yang sudah marketable. Waktu yang diperlukan untuk proses pengayaan tersebut beberapa juta tahun. Bijih nikel pada endapan laterit yang mempunyai kadar paling tinggi terdapat pada dasar zona pelapukan dan diendapkan pada retakan-retakan di bagian atas dari lapisan dasar (bedrock). Perlu ditambahkan bahwa endapan nikel laterit terletak pada lapisan bumi yang kaya akan besi. Pembagian sempurna dari besi dan nikel ke dalam zona-zona yang berbeda, tidak pernah ada.

Pengayaan besi dan nikel terjadi melalui pemindahan magnesium dan silika. Besi dalam material ini paling banyak berbentuk mineral ferrioksida yang pada umumnya membentuk gumpalan (disebut limonit). Di mana endapan nikel tersebut ditunjukkan dengan adanya jenis limonite tersebut atau sebagai “nickel ferrous iron ore”.

Unsur-unsur Ca dan Mg yang terlarut sebagai karbonat terbawa ke bawah sampai batas pelapukan dan diendapkan sebagai dolomitan, magnesit, kalsite (mengisi celah/rekah pada batuan asal). Di lapangan dikenal sebagai petunjuk antar zona pelapukan dan zona batuan fresh, disebut “akar pelapukan” (root of weathering).

Faktor yang mempengaruhi pembentukan endapan nikel adalah :
Ø  Batuan asal
Ø  Iklim
Ø  Reagen kimia dan vegetasi
Ø  Struktur
Ø  Topografi
Ø  Waktu
Ø  Penyebaran endapan


TABEL 1
ELEMEN MAYOR DAN MINOR PADA BATUAN BEKU

Mayor
Ultrabasa
(%)
Basa
(%)
Intermediate
(%)
Asam
(%)
Si
19.0
24.0
26.0
32.3
Al
0.5
8.8
8.9
7.7
Fe
9.9
8.6
5.9
2.7
Mg
25.9
4.5
2.2
0.6
Ca
0.7
6.7
4.7
1.6
Minor
(ppm)
(ppm)
(ppm)
(ppm)
Cr
2000
200
50
25
Ni
2000
160
55
8
Co
200
45
10
5
Mn
1500
2000
1200
600
Ca
20
100
35
20
Pb
1
8
15
20


2.  Karakteristik Umum Zona Laterite Nikel

Endapan laterit nikel pada umumnya sangat tidak teratur baik bentuk, penyebaran horizontal atau vertkal maupun sifat-sifat fisis dan komposisi kimianya.  Secara umum lapisan dikenal sebagai :

·                    Zona Tanah Penutup
Warna                   :  coklat-coklat tua, kehitaman
Kekerasan   :  lunak – sedang
Diameter     :  halus - sedang
Diskripsi      :
-        Pada bagian atas gembur dan mengandung humus/ lapisan organik
-        Biasanya terdapat pada daerah yang tidak terganggu erosi
-        Sering dijumpai fragmen-fragmen lepas seperti  pisolit Fe, konkresi Fe, fragmen silika dan fragmen batuan asal
-        Tidak terlihat indikasi adanya mineral
-        Pada lapisan kadar nikelnya relatif rendah
-        Gradasi ke arah zona limonite ditunjukkan dengan hilangnya material di atas, perubahan warna lebih cerah, coklat kekuningan – coklat merah. Munculnya mineralisasi tertentu (lemah) seperti MnOx, FeOx dan AlOx

·       Zona Limonite
Warna         :  coklat kemerahan, coklat kekuningan, merah
Kekerasan   :  lunak – sedang
Diameter     :  halus - sedang
Diskripsi      :
-         Kadar nikel yang relatif lebih tinggi dari lapisan pertama (1 - 2 % Ni + Co)
-         Terlihat adanya mineralisasi yang kuat
-         Cenderung homogen
-         Sifat-sifat yang lebih poros dan plastis. Tingkat elastisitas lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain
-         Sering dijumpai fragmen batuan asal, seperti silika
-         Kehadiran laterite dengan campuran fragmen tersebut di atas dapat merupakan perselingan dengan yang cenderung homogen
-         Mineral utama pada zona ini goetit (FeOH) dan mineral lempung seperti kaolin
-         Mineral sedikit pada zona ini adalah mineral-mineral oksida seperti MnOx, AlOx, magnetit dan cromit
-         Silika lebih sering dijumpai
-         Dikenal dengan “low grade ore” atas, yang kadang-kadang dapat dianggap sebagai lapisan ekonomis (sebagai campuran)
-         Gradasi ke arah zona saprolite dapat dilihat dari perubahan warna menjadi coklat kekuningan, coklat kehijauan atau hijau

·       Zona Saprolite
Warna                   :  coklat kekuningan, coklat kehijauan, kuning kehijauan
Kekerasan   :  sedang - keras
Diameter     :  sedang - kasar
Diskripsi      :
-         Kadar nikel rata-rata tinggi (2 – 3 % Ni + Co) dan biasanya merupakan lapisan bijih yang banyak mengandung urat-urat garnierite dan crysopras
-         Cenderung homogen
-         Sering dijumpai fragmen batuan asal, seperti silika
-         Perselingan antara laterite dengan batuan asal (biasanya berukuran boulder) sering dijumpai di zona ini
-         Semakin ke arah bawah terlihat adanya gradasi ukuran butir menjadi lebih kasar
-          Ke arah bawah kondisi fracturing semakin intensif yang biasanya terisi oleh mineral-mineral silika, seperti gaenierit dan crysopras
-          Mineral tambahan pada zona ini adalah lempung dan mineral oksidasi, seperti goetit, MnOx, Magnetit, cromit dan chrysotil asbestos
-          Magnesit (MgCO3) kadang dijumpai dalam jumlah sedikit
-          Gradasi ke arah zona bedrock diindikasikan dengan kemunculan fragmen-fragmen batuan asal berukuran couble-boulder dengan pelapukan yang semakin berkurang ke arah bedrock

·       Zona Waste Saprolite
Warna                   :  hijau-hijau tua, abu-abu
Kekerasan   :  sedang - keras
Diameter     :  sedang - kasar
Diskripsi      :
-          Kandungan nikel rendah akibat banyak batuan asal yang belum terlapukkan, seperti serpentin dan lain-lain

·      Zona Bedrock
Warna         :  hitam   keabuan,   hitam   kehijauan,  hijau   tergantung
                      komposisi batuan asal
Kekerasan   :  sedikit lapuk - keras
Diameter     :  kasar
Diskripsi      :
-           Lapisan ini sudah tidak penting karena kadar nikel sudah mulai rendah
-           Komposisi terdiri atas dunit, peridotit atau batuan ultrabasa lainnya
-           Pada bagian atas sering dijumpai zona fracturing yang terisi oleh mineral silikat seperti garnierite, serpentin, crysopras atau mineral silikat lainnya
-           Kondisi bedrock yang fresh dan massif dijumpai pada bagian bawah dengan zona fracturing tersebut di atas
-           Mineral utama adalah olivin an piroksen
-           Mineral sedikit adalah hornblende dan biotit
-           Mineral tambahan adalah cromit dan mineral sulfide










3.  Diskripsi Mineral

GOETIT (FeOH)
Gol. Iron hidroxide
Sistim kristal :  tabular, melembar
Warna         :  coklat kemerahan, perak
Kekerasan   :  keras (5 – 5.5)
Belahan       :  sempurna
Kilap            :  sutra
Gores          :  coklat kekuningan
Keterangan   :  hadir pada limonite
MAGNESIT (MgCO3)
Gol. Nitrat, karbonat, borat
Sistim kristal :  -
Warna                   :  putih kekuningan
Kekerasan   :  -
Belahan       :  -
Kilap            :  kaca
Gores          :  putih

KAOLIN (Al2Si2O5(OH)4)
Gol. Silika (clay group)
Sistim kristal :  monoklin
Warna                   :  putih
Kekerasan   :  2 – 2.5
Belahan       :  sempurna
Kilap            :  mutiara
Gores          :  -
MAGNETIT (FeO2)
Gol. Oksida
Sistim kristal :  isometrik
Warna                   :  hitam
Kekerasan   :  5.5 – 6.5
Belahan       :  logam
Kilap            :  hitam
Gores          :  -
CROMIT (FeCr2O4)
Gol. Oksida dan hidroksida
(spinel group)
Sistim kristal :  monoklin
Warna                   :  hitam
Kekerasan   :  keras (5.5)
Belahan       :  -
Kilap            :  logam
Gores          :  coklat kehitaman
Keterangan   :  magnetic lemah

GARNIERIT (Ni,Mg)6Si4O10(OH)4
Gol. Hydrous nickel magnesium silikat
Sistim kristal :         monoklin
Warna         :         hijau menyala
Kekerasan   :         semi keras – keras
                       (2 – 4)
Belahan       :         -
Kilap            :  -
Gores          :  hijau terang
Keterangan   :  membentuk veinlet
SERPENTIN (Mg,Fe)3Si2O5(OH)4
Gol. Silika
Sistim kristal :  -
Warna                   :  hijau tua
Kekerasan   :  keras ( 4 – 6)
Belahan       :  -
Kilap            :  -
Gores          :  -
CHRYSOPRAS (SiO2)
Gol. Silika (silika group)
Sistim kristal :  -
Warna                   :  biru menyala
Kekerasan   :  keras (7)
Belahan       :  -
Kilap            :  -
Gores          :  -



4.  Diskripsi Umum Batuan

Nama               :  PERIDOTIT
Warna             :  Hijau terang - gelap
Tekstur               :  Granular, xenomorphic olivin, interstitial piroksen, kadang poikilitik, fanerik
Struktur           :  Masif
Komposisi        :
-        olivin
-        piroksen
-        cromit

Nama              :  DUNIT
Warna             :  Hijau terang
Tekstur            :  Granular, xenomorphic, fanerik
Struktur          :  Masif, med fine grain
Komposisi        :
-        olivin
-        cromit
-        magnetit

Nama              :  SERPENTINIT
Warna             :  Hijau tua - hitam
Tekstur           :  lamellar dengan berzona
Struktur          :  Masif
Komposisi        :
-         serpentin dalam vein (chrysotil)
-         asbestos
-         talk
-         cromit


PEMETAAN


1.  Regional

Dalam melakukan pemetaan regional perlu dibekali dasar indikasi geologi yang memungkinkan terbentuknya formasi bijih.

Untuk dapat mengetahui adanya endapan nikel laterit :
-   Batuan harus sedikit mengandung nikel, yang biasanya disebut peridotit atau turunannya (serpentin)
-        Batuan harus mengalami pelapukan karena pengaruh iklim tropis atau subtropis
-        Proses pelapuan harus terjadi secara continue

Tempat yang baik untuk mencari endapan nikel adalah bila kondisi topografinya menguntungkan, misalnya pada dataran, lembah yang luas, daerah perbukitan kecil atau di antara lembah-lembah yang dalam. Kemudian jika batuan tersebut tersingkap, mudah dikenali bahwa batuan tersebut adalah ultrabasa.

Tanah merah merupakan indikasi yang baik untuk mengetahui adanya batuan ultrabasa, walaupun tidak selamanya benar. Di daerah tropis banyak terdapat tanah berwarna merah, belum tentu menunjukkan adanya batuan ultrabasa. Namun demikian, keadaan ini dapat dibantu dengan sifat batuan ultrabasa setempat yang sudah diketahui.

Di beberapa daerah, tumbuh-tumbuhan juga akan membantu sebagai indikasi. Untuk peridotit dan tanah serpentin, ditunjukkan dengan tumbuhnya akar-akar kecil di dalamnya. Peridotit dan serpentin sedikit mengandung kalsium, potassium, fosfor serta unsur-unsur lain yang penting untuk hidupnya tanaman, sehingga ada kecenderungan terjadi pembentukan tanah yang kurang subur di daerah tersebut.

Di daerah yang beriklim tropis terdapat bermacam-macam tumbuhan, yang berarti mempunyai kondisi lebih baik daripada daerah lainnya. Dengan demikian, tanah yang berasal dari pelapukan serpentinit akan membantu lebatnya tumbuh-tumbuhan jenis tanaman tertentu, misalnya cemara dan tumbuhan kayu keras.

Karena adanya perbedaan iklim, maka tidak ada tumbuh-tumbuhan yang dapat menjadi indikasi secara umum. Tetapi dengan membandingkan tumbuh-tumbuhan yang hidup di tempat-tempat yang mengandung serpentinit dan laterit, kadang-kadang akan dapat membantu dalam memberikan petunjuk untuk menemukan deposit bijih nikel di suatu daerah.

Pada tahapan eksplorasi regional dimulai dengan kegiatan berupa kegiatan studio, pelintasan menyeluruh dan pemetaan laterit, pengambilan conto laterit.
a.  Kegiatan studio

Tahapan ini penting untuk dilaksanakan guna menyusun kerangka kerja, kesampaian daerah dan perencanaan supply sarana penunjang lapangan dan logistik, serta jumlah tenaga yang akan digunakan.

Kegiatan lain berupa persiapan meliputi :
-        interpretasi peta topografi
-        review literatur dan peta geologi mencakup luasan daerah yang diteliti
-        menyusun rencana kerja untuk masing-masing pelaksanaan eksplorasi dan pembagian block guna prioritas eksplorasi
-        mempersiapkan peta sebagai penunjang kegiatan lapangan berupa peta geologi, peta topografi, peta penyelidikan terdahulu
-        mempersiapkan perlengkapan kerja yang akan digunakan

Pembagian block yang sistimatis sangat penting untuk daerah telitian yang luas agar mudah dikenal dan diingat. Standar luasan per-block yang dianjurkan berukuran 800 x 1.000 meter, agar dapat mempermudah dalam skala pengambaran (A0).

b.  Pelintasan menyeluruh dan pemetaan laterite

Dilakukan peninjauan dan pelintasan menyeluruh di daerah kerja guna memberikan gambaran tentang sebaran batuan dan melokalisir laterite yang dapat digunakan sebagai pedoman pekerjaan tahap selanjutnya.

Hasil pelintasan ini ditampilkan berupa peta geologi dengan skala 1 : 10.000, yang kemudian dapat ditentukan rencana titik untuk pengambilan conto tanah menggunakan hand auger, sebagai informasi dasar korelasi kualitas dan kuantitas sebaran laterite yang ada.

Perencanaan titik bor regional dengan interval rata-rata 400 meter dengan lokasi yang terpilih dan acak (punggungan), diharapkan dapat memperoleh anomali pada titik-titik pemboran.

Pembagian satuan pada peta penyebaran laterite sebagai berikut :
-         laterit, warna merah kecoklatan, terdapat pisolit Fe, silika, dominan lempung, sebaran boulder ultrabasa < 10 %. Penggambaran dengan warna kuning
-         rocky laterite, merah kecoklatan, terdapat pisolit Fe, silika, sebaran boulder ultrabasa 10 – 50 %.  Penggambaran dengan warna hijau
-         out crop/sub-out crop, merah kecoklatan, silika, sebaran boulder ultrabasa > 50 %.  Penggambaran dengan warna biru
-         brown soil, coklat, abu-abu, hitam, tanah bukan asal batuan ultrabasa (sedimen, aluvial).  Penggambaran dengan warna coklat.

Peta yang disajikan menginformasikan data-data :
-         litologi dan satuan batuan
-         morfologi (sungai, alur, jalan)

-         sebaran laterite, rocky laterite, outcrop/subaotcrop, brown soil
-         struktur geologi
-         tata guna lahan
-         penentuan titik test pit atau auger dilakukan dengan spasi antara 200 – 400 meter

c.  Pengambilan conto laterite

Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui ketebalan lapisan laterite, walaupun pada pelaksanaannya kedalaman yang diperoleh terbatas dan hanya pada lapisan tanah lunak.

Percontoan regional dilakukan dengan metoda :
·        Auger
-   Dilakukan logging per meter kemajuan dengan pembuangan cutting
-   Pengambilan conto setangan untuk conto per meternya
-   Diharapkan pengambilan conto dengan mencapai formasi saprolite lunak
-   Conto tanah yang didapat di-logging, dikemas dalam plastik yang sebelumnya diberi label yang berisi nomor titik, nomor conto, dan berat conto, tanpa dibagi (quartering)
-   Pengambilan conto dilakukan setiap 1 meter dan menggunakan hand auger dengan kondisi kering (tanpa air) dari tanah penutup hingga maksimal kedalaman
-   Kemajuan dari pemboran perlu diamati dengan teliti untuk menghindari masuknya cutting pada conto terambil

·         Test pit
-   Lubang test pit dengan ukuran 100 x 80 cm
-   Pengambilan conto dilakukan pada dua sisi yang berhadapan dengan dimensi lebar 20 cm dan dalam 4 cm
-   Conto diambil per meter dan di-quartering hingga berat 3 kg, dengan disertai conto setangan
-   Perlakuan sample setelah pekerjaan test pit serupa dengan perlakuan auger


2.  Semi-Detail

Pada tahapan ini dapat dilakukan apabila hasil analisa conto soil dan evaluasi tahap eksplorasi regional telah dilakukan.
Pekerjaan berupa pengambilan conto soil di antara titik bor regional yang menunjukkan anomali (perapatan).  Dilakukan pengukuran topografi untuk daerah yang beranomali guna perhitungan cadangan .

Rincian pekerjaan berupa :
·       perencanaan titik bor spasi lebih rapat, dari acuan anomali hasil analisa conto regional (auger)
·       pemetaan semi-detail
·       pemasangan titik Bench Mark (BM) untuk mendapatkan arah utara dan nilai koordinat sebenarnya
·       penggunaan Total Station untuk membuat polygon tertutup pada areal rencana pemboran
·       titik bor ditetapkan dengan koordinat grid yang telah ditentukan
·       titik bor ditentukan dengan menggunakan pengukuran untuk menghidari pergeseran
·       mapping dilakukan kembali dengan melintasi grid pengukuran dengan target data yang maksimal (litologi, kelayakan titik bor dan checking titik bor)
·       akurasi data titik bor oleh surveyor sebaiknya dilakukan pada waktu sebelum dan sesudah pengeboran
·       pemasangan titik interval 200, 100, 50, dan 25 meter dilakukan dengan menggunakan alat ukur Total Station diharapkan memperoleh titik-titik yang simetris dan berjarak sama
·       pelintasan pada jalur pengukuran grid, agar diperoleh luasan laterite yang sebenarnya
·       pemboran dilakukan pada titik bor interval 200 meter. Pemboran dilanjutkan pada spasi yang lebih rapat (100, 50, dan 25 meter) apabila hasil analisa menunjukkan anomali, dengan sistim kurung.
·       prinsip dari pemboran ini adalah memperoleh conto full coring tanpa adanya kontaminasi. Pemboran dapat dilakukan dengan single tube atau triple tube
·       analisa conto dan evaluasi
·       studi awal infrastruktur

a.   Pengambilan conto laterite
Ø  Pemboran dilakukan dengan kedalaman maksimal 25 meter
Ø  Penyetopan pemboran dilakukan dengan pertimbangan :
-           kedalaman mencapai 25 meter
-         mengenai boulder (indikasi ke bedrock) bila pemboran kurang dari 25 meter
-           mengenai formasi saprolite waste
Ø  Selesai proses pemboran, selanjutnya lubang bor yang ditinggalkan diberi tanda dan kode yang meliputi nomor lubang bor dan kedalaman akhir pemboran
Ø  Penggeseran titik diijinkan maksimal sejauh 50 cm searah lintasan
Ø  Apabila core recovery kurang dari 90%, pemboran dianjurkan untuk digeser dan diulang
Ø  Apabila dalam proses pemboran terdapat trouble yang memaksa untuk dilakukan pergeseran titik, maka core yang terpakai adalah pemboran yang terdalam
Ø  Logger bertanggung jawab atas core yang terambil
Ø  Core ditempatkan pada corebox sesuai dengan kedalaman pemboran
Ø  Core didiskripsi per meter kedalaman lalu dimasukkan ke dalam kantong dan ditimbang, serta diberi kode dan berat conto
Ø  Pengukuran kedalaman dimulai dari permukaan ke arah bawah
Ø  Apabila panjang core < 1 meter, dengan berat > 1 kg, conto dipisahkan menjadi kantong sendiri dan didiskripsi tersendiri
Ø  Apabila pemboran dengan menggunakan single tube, harus dilakukan pengupasan core (1 mm) untuk menghindari kontaminasi. Jika menggunakan triple tube, core yang dihasilkan tidak perlu dilakukan pengupasan
Ø  Untuk menghindari kontaminasi, corebox dilapisi dengan plastik sebelum core diletakkan
Ø  Titik pengambilan conto tersebut selalu di-plot-kan pada peta laterite

b.   Pemboran
Ø  Menggunakan pemboran portable rig
Ø  Kedalaman maksimum pemboran 25 meter
Ø  Pemboran dengan sistim full coring
Ø  Conto ditempatkan di dalam corebox dengan panjang 1 meter, terdiri dari 5 lajur
Ø  Untuk menghindari kontaminasi, corebox dilapisi plastik sebelum penempatan conto dan dicuci setiap selesai pengantongan conto
Ø  Core recovery minimal 90% per lubang. Apabila nilai core recovery kurang, dianjurkan untuk re-drill pada lokasi yang ditentukan oleh logger
Ø  Pihak pemboran menyertakan laporan perpancingan langsung di lapangan dan akan ditandatangani oleh logger pada saat penyetopan pemboran
Ø  Stop atau penghentian pemboran sepenuhnya menjadi tanggung jawab logger
Ø  Core dalam kondisi tidak terkontaminasi saat pemboran maupun proses pengeluaran conto
Ø  Penyusunan core disesuaikan dengan kedalaman pemboran. Apabila terjadi pengembangan core, maka conto tetap disusun berdasarkan kedalaman
Ø  Penempatan lokasi bor harus sesuai dengan titik yang telah ditentukan
Ø  Pergeseran titik bor tidak lebih dari 50 cm, dan wajib dikoordinasikan dan seijin logger
Ø  Core hasil reaming dibuang
Ø  Pemisahan boulder (per meter conto) dengan diameter ≥ 25 cm,  apabila kenampakan secara megaskopis boulder tersebut merubah kadar saprolite
Ø  Pengawasan pengeboran dilakukan oleh geologist atau asisten geologist
Ø  Tidak dianjurkan untuk mengadakan pemotongan lereng pada rencana titk bor saat pembuatan lokasi bor
Ø  Diwajibkan untuk menjaga kebersihan lokasi pemboran dari sampah tak terurai (plastik, kertas, dll)







c.    Diskripsi logging

Diskripsi logging (terlampir) berupa diskripsi soil, terdiri dari :
Ø  Prospek, menunjukkan nama desa/kampung terdekat dengan prospek/mudah dikenal
Ø  Lokasi, menunjukkan nomor titik bor menggunakan penomoran yang sistematis agar mudah dikenal dan diingat
Ø  Nomor conto, penomoran conto dimulai dari angka 1, menunjukkan kedalaman pemboran
Ø  Kedalaman Dari/Ke, menunjukkan kedalaman bor per meternya
Ø  Core recovery, perhitungan persentase per meter pancingan dengan rumus panjang core dibagi kemajuan pemboran
Ø  Berat, pengukuran berat conto per meternya saat di lapangan. Tidak diperbolehkan melakukan split atau quartering
Ø  Zonasi, penggolongan berdasarkan visual conto pada saat logging (limonite/saprolite)
Ø  Sketsa, menggambarkan keadaan core
Ø  Warna, menunjukkan singkatan warna umum dari core per meternya (MC, CK, CM, KH, Ab, CH, H, HAb)
Ø  Kekerasan, menunjukkan kekerasan soil/batuan, terdiri lunak, sedang, keras
Ø  Boulder Ukuran/Banyak, ukuran boulder rata-rata dengan satuan cm, dan banyak dalam satuan persen dalam per meter core-nya
Ø  Garnierit, menunjukkan  persentase kehadiran garnierite permeternya
Ø  Silika, menunjukkan persentase kehadiran silika per metenya
Ø  Keterangan, menerangkan hal-hal khusus yang penting (mineralisasi, keterangan loss core, posisi boulder, posisi zonasi)
Ø  MAT (muka air tanah), pengukuran muka air tanah pada lubang bor dilaksanakan 1 minggu setelah kegiatan pemboran selesai


3.  Detail

Kegiatan ini berupa :
·       pemetaan detail mengacu pada anomali hasil analisa tahapan semi- detail
·       perapatan bor spasi 50 dan 25 meter
·       pemetaan topografi
·       analisa conto dan evaluasi
·       evaluasi untuk Studi Kelayakan dan AMDAL
·       perencanaan tambang
·       perencanaan investasi

Pemboran pada spasi 25 meter menjelang penambangan dengan ketentuan yang sama dengan pemboran semi-detail. Pemboran dengan spasi yang lebih rapat (12,5 meter) diperlukan untuk menentukan batas ore yang masih dapat dikembangkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar