LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA
Batubara merupakan hasil dari
akumulasi tumbuh-tumbuhan pada kondisi lingkungan pengendapan tertentu.
Akumulasi tersebut telah dikenai pengaruh-pengaruh synsedimentary dan post-sedimentary. Akibat
pengaruh-pengaruh tersebut dihasilkanlah batubara dengan tingkat (rank) dan kerumitan
struktur yang bervariasi.
Lingkungan pengendapan batubara
dapat mengontrol penyebaran lateral, ketebalan, komposisi, dan kualitas
batubara. Untuk pembentukan suatu endapan yag berarti diperlukan suatu susunan
pengendapan dimana terjadi produktifitas organik tinggi dan penimbunan secara
perlahan-lahan namun terus menerus terjadi dalam kondisi reduksi tinggi dimana
terdapat sirukulasi air yang cepat sehingga oksigen tidak ada dan zat organik
dapat terawetkan. Kondisi demikian dapat terjadi diantaranya di lingkungan
paralik (pantai) dan limnik (rawa-rawa).
Menurut Diessel (1984, op cit Susilawati ,1992)
lebih dari 90% batubara di dunia terbentuk di lingkungan paralik yaitu
rawa-rawa yang berdekatan dengan pantai. Daerah seperti ini dapat dijumpai di
dataran pantai, lagunal, deltaik, atau juga fluviatil.
Diessel
(1992) mengemukakan terdapat 6 lingkungan pengendapan utama pembentuk batubara
(Tabel 2.1) yaitu gravelly
braid plain, sandy braid plain, alluvial valley and upper delta plain, lower
delta plain, backbarrier strand plain, dan estuary. Tiap lingkungan
pengendapan mempunyai asosiasi dan menghasilkan karakter batubara yang berbeda.
Tabel 2.1
Lingkungan
Pengendapan Pembentuk Batubara
(Diesel,
1992)
Environment
|
Subenvironment
|
Coal Characteristics
|
Gravelly braid plain
|
Bars, channel, overbank plains,
swamps, raised bogs
|
mainly dull coals, medium to low
TPI, low GI, low sulphur
|
Sandy braid plain
|
Bars, channel, overbank plains,
swamp, raised bogs,
|
mainly dull coals, medium to high
TPI, low to medium GI, low sulphur
|
Alluvial valley and upper delta
plain
|
channels, point bars, floodplains
and basins, swamp, fens, raised bogs
|
mainly bright coals, high TPI,
medium to high GI, low sulphur
|
Lower delta plain
|
Delta front, mouth bar, splays,
channel, swamps, fans and marshes
|
mainly bright coals, low to medium
TPI, high to very high GI, high sulphur
|
Backbarrier strand plain
|
Off-, near-, and backshore, tidal
inlets, lagoons, fens, swamp, and marshes
|
transgressive : mainly bright
coals, medium TPI, high GI, high sulphur
regressive
: mainly dull coals, low TPI and GI, low sulphur
|
Estuary
|
channels, tidal flats, fens and
marshes
|
mainly bright coal with high GI and
medium TPI
|
Proses
pengendapan batubara pada umunya berasosiasi dengan lingkungan fluvial flood plain dan delta plain. Akumulasi
dari endapan sungai (fluvial) di daerah pantai akan membentuk delta dengan
mekanisme pengendapan progradasi (Allen & Chambers, 1998).
Lingkungan
delta plain
merupakan bagian dari kompleks pengendapan delta yang terletak di atas
permukaan laut (subaerial). Fasies-fasies yang berkembang di lingkungan delta
plain ialah endapan channel,
levee, crevase, splay, flood plain, dan swamp. Masing-masing
endapan tersebut dapat diketahui dari litologi dan struktur sedimen.
Endapan
channel
dicirikan oleh batupasir dengan struktur sedimen cross bedding, graded bedding, paralel lamination,
dan cross lamination
yang berupa laminasi karbonan. Kontak di bagian bawah berupa kontak erosional
dan terdapat bagian deposit yang berupa fragmen-fragmen batubara dan
plagioklas. Secara lateral endapan channel
akan berubah secara berangsur menjadi endapan flood plain. Di antara channel dengan flood plain terdapat
tanggul alam (natural levee)
yang terbentuk ketika muatan sedimen melimpah dari channel. Endapan levee yang dicirikan oleh
laminasi batupasir halus dan batulanau dengan struktur sedimen ripple lamination dan paralel lamination.
Pada
saat terjadi banjir, channel utama akan memotong natural levee dan membentuk crevase play. Endapan crevase play dicirikan
oleh batupasir halus – sedang dengan struktur sedimen cross bedding, ripple lamination,
dan bioturbasi. Laminasi batupasir, batulanau, dan batulempung juga umum
ditemukan. Ukuran butir berkurang semakin jauh dari channel utamanya dan umumnya memperlihatkan
pola mengasar ke atas.
Endapan
crevase play
berubah secara berangsur ke arah lateral menjadi endapan flood plain. Endapan
flood plain merupakan sedimen klastik halus yang diendapkan secara suspensi
dari air limpahan banjir. Endapan flood plain dicirikan oleh batulanau,
batulempung, dan batubara berlapis.
Endapan
swamp merupakan
jenis endapan yang paling banyak membawa batubara karena lingkungan
pengendapannya yang terendam oleh air dimana lingkungan seperti ini sangat
cocok untuk akumulasi gambut.
Tumbuhan
pada sub-lingkungan upper
delta plain akan didominasi oleh pohon-pohon keras dan akan
menghasilkan batubara yang blocky.
Sedangkan tumbuhan pada lower
delta plai didominasi oleh tumbuhan nipah-nipah pohon yang
menghasilkan batubara berlapis (Allen, 1985).
SKALA WAKTU GEOLOGI
Bukti-bukti dari penanggalan radiometri
menunjukkan bahwa bumi berumur sekitar
4.570 juta tahun. Waktu geologi bumi disusun menjadi beberapa unit menurut
peristiwa yang terjadi pada tiap periode. Masing-masing zaman pada skala waktu
biasanya ditandai dengan peristiwa besar geologi atau paleontologi,
seperti kepunahan massal. Sebagai contoh, batas antara zaman Kapur dan Paleogen didefinisikan
dengan peristiwa kepunahan dinosaurus dan
baerbagai spesies laut. Periode yang lebih tua, yang tak memiliki peninggalan
fosil yang dapat diandalkan perkiraan usianya, didefinisikan dengan umur
absolut.
Daftar isi